Pembentukan Karakter Anak Melalui Belajar di Luar Ruangan
GURUDIKNAS.COM - Siapa pun yang sudah melihat dampak belajar dan bermain di luar kelas pada anak-anak mengetahui betapa kuatnya pengalaman seperti itu. Belajar di luar kelas menciptakan kenangan yang abadi, membantu membentuk kesadaran lebih besar akan lingkungan, memberikan lebih banyak peluang untuk berpikir secara independen, serta justru membuat anak-anak merasa tertantang dan antusias untuk belajar. Anak-anak dinilai dapat bergerak lebih aktif ketika bermain di luar ruangan, dan hal ini penting bagi anak-anak agar untuk tumbuh sehat cerdas sambil menikmati masa kecil mereka.
Seperti dikutip dari web resmi belajardiluarkelas.org, ditargetkan sebanyak mungkin anak-anak untuk belajar dan bermain di luar ruangan pada 21 Mei 2020 mendatang. Bagi sejumlah sekolah, inilah kesempatan untuk mencoba belajar di luar ruang kelas. Sedangkan bagi yang sudah lama menerapkannya, pada 21 Mei 2020 nanti pastinya bakal menjadi momen perayaan pengalaman mereka selama ini serta kesempatan untuk menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk ikut terlibat.
Bagi semua orang, Belajar di Luar Kelas akan menunjukkan betapa mudah dan menakjubkannya menghabiskan waktu di luar ruangan setiap hari sambil belajar.
Sejak dilantiknya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, belajar di luar ruangan nampaknya mulai berlangsung di berbagai daerah Indonesia. Contohnya sejumlah pelajar melakukan kegiatan belajar di luar kelas, di halaman sekolah mereka di SMPN 5 Padang.
Kampanye "Sehari Belajar di Luar Kelas" dilakukan sejumlah sekolah di kota Padang dalam rangka mewujudkan Sekolah Ramah Anak sekaligus mencapai tujuan pendidikan melalui proses pembelajaran, baik di pusat maupun di daerah. Gerakan ini sudah dimulai sejak kemarin, ketika pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 5 Banda Aceh mengibarkan-ngibarkan bendera merah putih pada pencanangan program Sekolah Ramah Anak di Banda Aceh, Aceh.
Sekolah ramah anak merupakan program pendidikan formal, nonformal dan informal yang aman, bersih, sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup serta menghargai hak-hak anak maupun perlindungan dari diskriminasi hingga kekerasan di lingkup sekolah.
Selain pencanangan program Sekolah Ramah Anak, kegiatan belajar diluar kelas yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia ini dalam rangka memperingati Hari Anak Universal.
Sejumlah siswa melakukan kegiatan belajar di luar ruangan di Museum Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Tangerang.
Siswa Raudhatul Athfal (RA) Terpadu Al Islah Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo juga ikut bergerak dalam program sehari belajar di luar kelas tersebut, termasuk Murid SD Kartika X-1 di kota Bandung, Jawa Barat, sampai Sekolah Dasar di Simboro, Mamuju, Sulawesi Barat.
Dalam kegiatan belajar di luar ruangan itu, para guru dan mentor dari siswa ikut memperkenalkan kembali permainan tradisional anak-anak Indonesia yang sudah banyak ditinggalkan sejak memasuki era milenium pada awal 2000 silam. Dari permainan egrang, gasing, lompat karet, dan lain sebagainya, mulai diedukasikan ulang permainannya.
Kebebasan Belajar Ala Mendikbud Nadiem Makarim
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengutarakan, dia akan memberikan kebebasan dan kemerdekaan dalam belajar mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga mahasiswa, termasuk guru dan dosen. Tidak hanya siswa dan mahasiswa saja, menurutnya guru dan dosen juga ingin diberikan kebebasan untuk melakukan hal yang lebih mengarah ke industri 4.0.
Kebebasan yang tidak hanya akademis saja, yakni sistem pembelajaran tidak hanya di kelas tetapi bisa di mana saja, dalam arti sampai di luar ruangan kelas atau sekolah.
"Jadi tema saya adalah mereka belajar mau di perguruan tinggi sampai ke dasar menengah sampai PAUD adalah merdeka belajar. Menurut saya pendidikan karakter nggak bisa terjadi tanpa kemerdekaan tersebut," ujar Nadiem saat bertemu dengan Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) di ruang kerjanya di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Nadiem menilai, kebebasan dalam belajar ini untuk mewujudkan pendidikan karakter yang merupakan salah satu arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Oleh karena itu, ia mengembangkan pendidikan karakter dengan cara kekinian yang mudah diterima oleh generasi milenial.
"Pendidikan karakter akan dilanjutkan dan dibesarkan, dijadikan suatu hal yang lebih tangible untuk generasi milenial. Jangan lupa sekarang kebanyakan orang tua murid sudah generasi milenial dan guru-guru pun banyak yang muda. Jadi cara menyampaikan pendidikan karakter enggak bisa lagi dengan (cara lama dan kaku) 'tolong baca buku ini', 'kurikulumnya ini', enggak cukup seperti itu (cara belajarnya)," ujar Nadiem.
Pendidikan karakter, kata Nadiem, akan dijalankan dalam bentuk kegiatan sehingga para siswa dan mahasiswa dapat melihat contoh dari orang dewasa sebagai panutan, yakni orang tua dan guru. Bahkan pendekatan langsung ke masyarakat melalui komunikasi langsung mengenai apa itu karakter, norma-norma yang baik, apa itu perilaku yang baik, bagaimana cara mendidik anak di rumah dan di sekolah dengan cara yang baik dengan berbagai macam hal, yang mungkin belum banyak diketahui orang tua dan guru sampai dosen.
"Misalnya jika anak menanyakan pertanyaan sebetulnya itu hal yang baik. Itu harus selalu didorong untuk menanyakan sebanyak mungkin. Banyak bertanya bukan artinya anak itu bodoh, tetapi pintar karena serius ingin tahu," tegasnya.
Sumber : rri.co.id
Belum ada Komentar untuk "Pembentukan Karakter Anak Melalui Belajar di Luar Ruangan"
Posting Komentar