Nadiem Usung Computational Thinking Jadi Kurikulum, Apa Itu?
GURUDIKNAS.COM - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencanangkan dua kompetensi baru dalam sistem pembelajaran anak Indonesia.
Dua kompetensi tambahan itu adalah Computational Thinking dan Compassion. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Awaluddin Tjalla, bahwa kedua kompetensi tersebut diperlukan untuk anak bangsa.
"Pak Nadiem menambahkan compassion dan computational thinking. Kami mencoba melakukan kajian pada kurikulum kita ketika Pak Presiden dilantik yaitu pembangunan SDM dan pendidikan salah satu core," ujar Awaluddin, di acara Grow with Google di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).
Dijelaskan ada dimensi literasi yang ingin diperhatikan oleh Kemendikbud terutama soal literasi digital. Awaluddin mengatakan juga bahwa Mendikbud Nadiem Makarim juga memperhatikan hal ini untuk pertimbangan kebijakan ke depan.
"Pak menteri punya kebijakan dan kami sedang menyiapkan untuk menyederhanakan persoalan computational thinking dalam proses pembelajaran," ujar Awaluddin.
"Karena nantinya kan banyak solusi yang lahir dalam bentuk aplikasi, software, maupun sistem komputer maka dibutuhkan Computational Thinking," ujar Inggriani dalam acara Grow with Google di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).
Lebih lanjut, Inggriani menjelaskan ketika anak sudah diperkenalkan dengan sistem komputer dan segala macam platform digital dibutuhkan Compassion atau melakukan dengan 'hati nurani'.
"Karena kalau semua di komputasi jadi robot tidak punya hati, bukan manusia. Untuk bisa bikin robot harus kreatif, inovatif, harus tahu robot itu untuk apa. Jadi computational thinking cuma platform, sistem computing kan ada manusianya," ucap Inggriani.
Bebras Indonesia yang merupakan organisasi edukasi non-profit yang websitenya dikelola Kemendikbud, memiliki kompetisi yang berisi sekumpulan soal yang disebut Bebras Task yang di sajikan dalam bentuk uraian persoalan dan dilengkapi dengan gambar menarik.
Uniknya, soal-soal tersebut diklaim dapat dijawab tanpa perlu belajar informatika namun sebetulnya soal itu mengacu konsep tertentu dalam informatika dan computational thinking.
Sumber : Cnbcindonesia
Dua kompetensi tambahan itu adalah Computational Thinking dan Compassion. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Awaluddin Tjalla, bahwa kedua kompetensi tersebut diperlukan untuk anak bangsa.
"Pak Nadiem menambahkan compassion dan computational thinking. Kami mencoba melakukan kajian pada kurikulum kita ketika Pak Presiden dilantik yaitu pembangunan SDM dan pendidikan salah satu core," ujar Awaluddin, di acara Grow with Google di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).
Dijelaskan ada dimensi literasi yang ingin diperhatikan oleh Kemendikbud terutama soal literasi digital. Awaluddin mengatakan juga bahwa Mendikbud Nadiem Makarim juga memperhatikan hal ini untuk pertimbangan kebijakan ke depan.
"Pak menteri punya kebijakan dan kami sedang menyiapkan untuk menyederhanakan persoalan computational thinking dalam proses pembelajaran," ujar Awaluddin.
Lantas apa itu Computational Thinking dan Compassion?
Ketua Bebras Indonesia, Inggriani Liem, menyebutkan bahwa Computational Thinking merupakan aktivitas ektra kulikuler yang mengedukasi anak untuk memiliki kemampuan problem solving dalam era digital."Karena nantinya kan banyak solusi yang lahir dalam bentuk aplikasi, software, maupun sistem komputer maka dibutuhkan Computational Thinking," ujar Inggriani dalam acara Grow with Google di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).
Lebih lanjut, Inggriani menjelaskan ketika anak sudah diperkenalkan dengan sistem komputer dan segala macam platform digital dibutuhkan Compassion atau melakukan dengan 'hati nurani'.
"Karena kalau semua di komputasi jadi robot tidak punya hati, bukan manusia. Untuk bisa bikin robot harus kreatif, inovatif, harus tahu robot itu untuk apa. Jadi computational thinking cuma platform, sistem computing kan ada manusianya," ucap Inggriani.
Bebras Indonesia yang merupakan organisasi edukasi non-profit yang websitenya dikelola Kemendikbud, memiliki kompetisi yang berisi sekumpulan soal yang disebut Bebras Task yang di sajikan dalam bentuk uraian persoalan dan dilengkapi dengan gambar menarik.
Uniknya, soal-soal tersebut diklaim dapat dijawab tanpa perlu belajar informatika namun sebetulnya soal itu mengacu konsep tertentu dalam informatika dan computational thinking.
Sumber : Cnbcindonesia
Belum ada Komentar untuk "Nadiem Usung Computational Thinking Jadi Kurikulum, Apa Itu?"
Posting Komentar